Bissmillahirrahmanirrahim ...
Sebagai Angkatan Muda Putri Muhammadiyah, IMMawati
memilki identitas tersendiri sebagai kader putri dari Organisasi Otonom
perserikatan Muhammadiyah yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kenapa identitas
IMMawati di anggap penting, karena sejatinya hal pertama yang menjadi rujukan
untuk mengenali suatu hal tentunya adalah sebuah identitas. Dan tentunya untuk
bisa di identifikasi sebagai identitas, semestinya ada hal yang harus dan sudah
pasti melekat dalam diri IMMawati, sehingga pada proses mengenali identitas ini
berfungsih sebagaimana mestinya tampak dalam diri IMMawati.
Untuk bisa mengetahui identitas, perlu di lakukannya
proses identifikasi diri terhadap objek yang akan di identifikasi dalam hal ini
IMMawati. Seorang IMMawati haruslah bisa untuk mengetahui secara mendalam siapa
sebenarnya dirinya. Ketika di uraikan maka yang pertama yaitu IMMawati adalah
sebutan atau gelar yang di sematkan bagi kader perempuan di IMM yang berbasis
Perguruan Tinggi, baik itu Muhammadiyah, Swasta, ataupun Negri. Kedua, IMMawati
itu identik dengan predikat berilmu / berdedikasi keilmuan yang kuat, tangguh,
cerdas, dan berkelas. Ketiga, idebtik dengan Cendekiawati berpribadi yang tidak
berdiam diri dalam menara gading. Kemudian, IMMawati harus tampil sebagai ujung
tombak pergerakan bukan sekedar terlibat pada ranah domestik, tetapi juga pada
ranah publik, serta memiliki aksi yang nyata.
IMMawati juga harus bisa menjawab fenomena-fenomena
yang sedang ada di masyarakat, berlandaskan perspektif islam dan muhammadiyah,
untuk sebuah contoh fenomena adat istiadat pada suku bugis yaitu mappacci yang
sepanjang proses ritualnya itu terdapat syarat yang harus di penuhi yang
memiliki makna secara filosofi berupa harapan terhadap sang mempelai dan juga
keluargannya nanti. Juga fenomena Prewedding yang sedang trend bagi pasangan
yang hendak menikah, yang jika di tinjau dari berbagai perspektif hal ini
menimbulkan perdebatan, ada yang menghukuminya sebagai mubah atau boleh ada
juga yang menghukuminya sebagai sesuatu yang haram atau tidak boleh, namun
muhammadiyah sendiri termasuk yang berpendapat bahwa hal tersebut mubah atau
boleh dengan pengecualian tidak adanya unsur-unsur pelanggaran terhadap hukum
syariat, di katakan oleh ayahanda Sekeretaris majelis Tarjih Sulawesi Selatan
pada saat membawakan materi pada forum Diksuswati 2 PC IMM Kota Makassar pada
Minggu, 26 Desember 2021 . Untuk fenomena-fenomena seperti itu IMMawati
seharusnya sudah punya kapasitas untuk memiliki pendapat dengan landasan
mendasar.
Berbicara persoalan ranah publik bagi perempuan,
tidak pernah bisa di lepaskan dengan budaya patriarki yang merupakan momok
mengerikan terbesar yang selalu membayangi setiap langkah perempuan yang bergerak
pada ranah publik. Budaya patriarki yang menganggap bahwasanya kepemimpinan
seorang perempuan adalah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Meski ketika di
tinjau dari berbagai sisi baik dari aspek agama yang di tunjukkan dengan
banyak-nya ayat di dalam Al-quran yang membahas persoalan persamaan hak dan
posisi antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan ini, dari aspek psikologi
yang membahas tentang keistimewaan seorang perempuan pada sisi kodratinya,
yaitu menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui, jika di kaji secara mendalam
hal ini tidak berpengaruh dengan bisa atau tidaknya seorang perempuan menjadi
pemimpin, dan juga dari sisi hukum atau
perundangan yang sudah memilki aturan tertulis bahwasanya keterwakilan kaum
perempuan dalam kancah politik haruslah sebanyak 30 persen. Dari hal ini sudah
sangat jelas bahwa tidak di temukannya hal yang menjadi pelarangan bagi seorang
perempuan untuk menduduki sebuah kursi kepemimpinan.
Dalam persoalan kepemimpinan seorang perempuan
tentunya tidak serta merta secara seketika di dudukkan pada posisi kepemimpinan,
lantas terdapat hal-hal yang seharusnya perlu di miliki oleh perempuan yang
hendak memimpin. Hal mendasar dalam hal ini adalah Conversational Intelegence
atau dalam bahasa indonesia di artikan sebagai kecerdasan dalam bercakap atau
percakapan yang cerdas. Dalam sebuah percakapan atau Conversational ada yang
dinamakan Healthy Conversation (percakapan yang sehat) dan Unhealthy
Conversation (percakapan yang tidak sehat), Healthy Conversation adalah proses
percakapan, komunikasi antara para pelaku yang menghasilkan sebuah solusi yang
kemudian di tindak lanjuti dengan bentuk sebuah aksi, sedangkan Unhealthy
Conversation percakapan yang di dalamnya adalah sesuatu yang sangat tidak
bermanfaat dan juga memungkinkan untuk merugikan orang lain. Korelasi antara C-IQ
dan Leadership ini sangat penting dimana untuk melakukan sebuah
Transformational Leadership di pengaruhi oleh kemampuan C-IQ seorang pemimpin
tersebut. Untuk melakukan Transformational Leadership ada beberapa yang perlu
di perhatikan yaitu inspirational motivation di mana seorang pemimpin harus
mampu untuk menjadi inspirasi juga memberi motivasi kepada para anggotanya
untuk bisa bergerak secara bersama, kemudian kedua idealised influence seorang
pemimpin bisa memberikan influence atau secara idealis dapat mempengaruhi
anggotanya, ketiga yaitu intelectual stimulation atau stimulus intelektual yang
terjadi antara pemipin dan anggotanya, dan individualised consideration atau
pertimbangan individual seorang pemimpin harus mampu untuk melakukan
pertimbangan secara individual kepada setiap anggotanya. Jika empat hal ini
bisa di kuasai dan di terapkan suatu kepemimpinan maka Transformational Leadership
akan bisa di wujudkan.
Kembali kepada seorang IMMawati yang saat ini sedang
di persiapkan untuk menjadi tokoh-tokoh pemimpin perempuan selanjutnya nanti,
ada skill public speaking menjadi hal mendasar yang harus di miliki oleh setiap
individu IMMawati, public speaking adalah teori praktikal yang mengajarkan
bagaimana seseorang dalam berbicara di hadapan publik menyampaikan gagasannya,
dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi. Dalam materi Public Speaking
terdapat beberapa hal yang menjadi poin masalah dan juga solusi, poin masalah
yang menguraikan apa-apa saja yang menjadi penghambat seseorang dalam berbicara
di hadapan publik di antaranya adalah demam panggung, ketidak percayaan diri, dan
ketakutan-ketakutan lainnya. Dan untuk poin solusi di uraikan berbagai tips
untuk mengatasi permasalaha-permasalahan tadi, di antaranya adalah bagaimana
kita bisa berbicara dari hati, kemudian terlebih dahulu kita membangun hubungan
dengan audience kita, dan bagaimana kita bisa menguasai sebuah forum. Untuk bisa
menguasai skill public speaking, tentunya tidak hanya dengan teori semata tapi
juga dengan praktik-praktik teknik berbicara yang di lakukan secara berulang
untuk waktu yang konsisten.
Billahi fii sabilil haq, Fastabiqul
Khairat
Tidak ada komentar:
Posting Komentar