Review 2

 

Bissmillahirrahmanirrahim ...

Sebagai Angkatan Muda Putri Muhammadiyah, IMMawati memilki identitas tersendiri sebagai kader putri dari Organisasi Otonom perserikatan Muhammadiyah yaitu Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Kenapa identitas IMMawati di anggap penting, karena sejatinya hal pertama yang menjadi rujukan untuk mengenali suatu hal tentunya adalah sebuah identitas. Dan tentunya untuk bisa di identifikasi sebagai identitas, semestinya ada hal yang harus dan sudah pasti melekat dalam diri IMMawati, sehingga pada proses mengenali identitas ini berfungsih sebagaimana mestinya tampak dalam diri IMMawati.

Untuk bisa mengetahui identitas, perlu di lakukannya proses identifikasi diri terhadap objek yang akan di identifikasi dalam hal ini IMMawati. Seorang IMMawati haruslah bisa untuk mengetahui secara mendalam siapa sebenarnya dirinya. Ketika di uraikan maka yang pertama yaitu IMMawati adalah sebutan atau gelar yang di sematkan bagi kader perempuan di IMM yang berbasis Perguruan Tinggi, baik itu Muhammadiyah, Swasta, ataupun Negri. Kedua, IMMawati itu identik dengan predikat berilmu / berdedikasi keilmuan yang kuat, tangguh, cerdas, dan berkelas. Ketiga, idebtik dengan Cendekiawati berpribadi yang tidak berdiam diri dalam menara gading. Kemudian, IMMawati harus tampil sebagai ujung tombak pergerakan bukan sekedar terlibat pada ranah domestik, tetapi juga pada ranah publik, serta memiliki aksi yang nyata.

IMMawati juga harus bisa menjawab fenomena-fenomena yang sedang ada di masyarakat, berlandaskan perspektif islam dan muhammadiyah, untuk sebuah contoh fenomena adat istiadat pada suku bugis yaitu mappacci yang sepanjang proses ritualnya itu terdapat syarat yang harus di penuhi yang memiliki makna secara filosofi berupa harapan terhadap sang mempelai dan juga keluargannya nanti. Juga fenomena Prewedding yang sedang trend bagi pasangan yang hendak menikah, yang jika di tinjau dari berbagai perspektif hal ini menimbulkan perdebatan, ada yang menghukuminya sebagai mubah atau boleh ada juga yang menghukuminya sebagai sesuatu yang haram atau tidak boleh, namun muhammadiyah sendiri termasuk yang berpendapat bahwa hal tersebut mubah atau boleh dengan pengecualian tidak adanya unsur-unsur pelanggaran terhadap hukum syariat, di katakan oleh ayahanda Sekeretaris majelis Tarjih Sulawesi Selatan pada saat membawakan materi pada forum Diksuswati 2 PC IMM Kota Makassar pada Minggu, 26 Desember 2021 . Untuk fenomena-fenomena seperti itu IMMawati seharusnya sudah punya kapasitas untuk memiliki pendapat dengan landasan mendasar.

Berbicara persoalan ranah publik bagi perempuan, tidak pernah bisa di lepaskan dengan budaya patriarki yang merupakan momok mengerikan terbesar yang selalu membayangi setiap langkah perempuan yang bergerak pada ranah publik. Budaya patriarki yang menganggap bahwasanya kepemimpinan seorang perempuan adalah sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Meski ketika di tinjau dari berbagai sisi baik dari aspek agama yang di tunjukkan dengan banyak-nya ayat di dalam Al-quran yang membahas persoalan persamaan hak dan posisi antara perempuan dan laki-laki dalam kehidupan ini, dari aspek psikologi yang membahas tentang keistimewaan seorang perempuan pada sisi kodratinya, yaitu menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui, jika di kaji secara mendalam hal ini tidak berpengaruh dengan bisa atau tidaknya seorang perempuan menjadi pemimpin,  dan juga dari sisi hukum atau perundangan yang sudah memilki aturan tertulis bahwasanya keterwakilan kaum perempuan dalam kancah politik haruslah sebanyak 30 persen. Dari hal ini sudah sangat jelas bahwa tidak di temukannya hal yang menjadi pelarangan bagi seorang perempuan untuk menduduki sebuah kursi kepemimpinan.

Dalam persoalan kepemimpinan seorang perempuan tentunya tidak serta merta secara seketika di dudukkan pada posisi kepemimpinan, lantas terdapat hal-hal yang seharusnya perlu di miliki oleh perempuan yang hendak memimpin. Hal mendasar dalam hal ini adalah Conversational Intelegence atau dalam bahasa indonesia di artikan sebagai kecerdasan dalam bercakap atau percakapan yang cerdas. Dalam sebuah percakapan atau Conversational ada yang dinamakan Healthy Conversation (percakapan yang sehat) dan Unhealthy Conversation (percakapan yang tidak sehat), Healthy Conversation adalah proses percakapan, komunikasi antara para pelaku yang menghasilkan sebuah solusi yang kemudian di tindak lanjuti dengan bentuk sebuah aksi, sedangkan Unhealthy Conversation percakapan yang di dalamnya adalah sesuatu yang sangat tidak bermanfaat dan juga memungkinkan untuk merugikan orang lain. Korelasi antara C-IQ dan Leadership ini sangat penting dimana untuk melakukan sebuah Transformational Leadership di pengaruhi oleh kemampuan C-IQ seorang pemimpin tersebut. Untuk melakukan Transformational Leadership ada beberapa yang perlu di perhatikan yaitu inspirational motivation di mana seorang pemimpin harus mampu untuk menjadi inspirasi juga memberi motivasi kepada para anggotanya untuk bisa bergerak secara bersama, kemudian kedua idealised influence seorang pemimpin bisa memberikan influence atau secara idealis dapat mempengaruhi anggotanya, ketiga yaitu intelectual stimulation atau stimulus intelektual yang terjadi antara pemipin dan anggotanya, dan individualised consideration atau pertimbangan individual seorang pemimpin harus mampu untuk melakukan pertimbangan secara individual kepada setiap anggotanya. Jika empat hal ini bisa di kuasai dan di terapkan suatu kepemimpinan maka Transformational Leadership akan bisa di wujudkan.

Kembali kepada seorang IMMawati yang saat ini sedang di persiapkan untuk menjadi tokoh-tokoh pemimpin perempuan selanjutnya nanti, ada skill public speaking menjadi hal mendasar yang harus di miliki oleh setiap individu IMMawati, public speaking adalah teori praktikal yang mengajarkan bagaimana seseorang dalam berbicara di hadapan publik menyampaikan gagasannya, dengan menggunakan berbagai teknik komunikasi. Dalam materi Public Speaking terdapat beberapa hal yang menjadi poin masalah dan juga solusi, poin masalah yang menguraikan apa-apa saja yang menjadi penghambat seseorang dalam berbicara di hadapan publik di antaranya adalah demam panggung, ketidak percayaan diri, dan ketakutan-ketakutan lainnya. Dan untuk poin solusi di uraikan berbagai tips untuk mengatasi permasalaha-permasalahan tadi, di antaranya adalah bagaimana kita bisa berbicara dari hati, kemudian terlebih dahulu kita membangun hubungan dengan audience kita, dan bagaimana kita bisa menguasai sebuah forum. Untuk bisa menguasai skill public speaking, tentunya tidak hanya dengan teori semata tapi juga dengan praktik-praktik teknik berbicara yang di lakukan secara berulang untuk waktu yang konsisten.

Billahi fii sabilil haq, Fastabiqul Khairat

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar