Review

 Membangun Citra IMMawati



Dalam merespon masalah-masalah yang terjadi di sekeliling kita, ada beberapa tahapan yang menjadi konsen yang harus di perhatikan yang akan di gunakan sebagai landasan dalam mengurai permasalahan. Karena pada dasarnya kebiasaan-kebiasaan dalam merespon adalah mengedepankan opini pribadi dari pada landasan-landasan yang mendasar.

Yang menjadi landasan pertama adalah landasan yuridis, yang merupakan dasar hukum dalam ketatanegaraan yang berupa produk perundangan serta rangkaian peranturan menteri juga presiden yang terkait dengan masalah-masalah sosial yang terjadi dan menjadi fokus yang akan di uraikan.
Landasan kedua adalah landasan teoritis berupa teori-teori yang bisa di validasi secara lanjut yang memiliki keterkaitan dengan topik bahasan seperti artikel penelitian, juga pendapat yang di kemukakan oleh para ahli.

Kemudian landasan empiris yang merupakan fakta yang terjadi di lapangan yang di dalamnya terdapat faktor-faktor yang menjadi penyebab dari masalah sosial tersebut, ini menjadi hal yang sangat krusial karena ketika berbicara persoalan masalah ataupun fenomena sosial tentu sangat di butuhkan ya relevansi dengan fakta yang terjadi. 
Terakhir adalah landasan teologis yang berbasis keagamaan, karena tidak bisa untuk dinafikan peran-peran agama menjadi hal yang penting di jadikan landasan dalam mengurai kan permasalahan.

Sebelum berbicara lebih jauh terkait bagaimana cara menguraikan masalah, terdapat proses kerja akal yang di namakan berfikir, ketika berbicara mengenai berfikir maka yang langsung menjadi pembahasan inti adalah proses kerja Otak, di mana otak ini merupakan suatu organ yang terdiri dari sekumpulan saraf-saraf yang berfungsi pusat kontrol dari tubuh manusia. Secara umum ketika di definisikan mengenai proses kerja otak maka dengan sederhana dapat di runut kan, yaitu stimulan dari luar tubuh kita kemudian di tangkap oleh Otak untuk di proses hingga terbentuk lah sebuah output berupa respon sesuai dengan apa yang menjadi stimulan yang tadi.

Ketika berfikir telah bisa untuk di definisikan sebagai pemahaman, maka hal selanjutnya terkait berfikir adalah berfikir kritis atau critical think, di mana critical think ini juga menjadi hal yang penting untuk di bangun dalam diri seorang IMMawati karena melihat peran IMMawati yang merupakan tokoh aktivis perempuan  yang berasal dari sebuah lembaga yaitu IMM, yang secara sadar ataupun tidak, mau ataupun tidak mau. Seorang IMMawati pastinya akan di paksa untuk terjun di ruang publik untuk menyuarakan terkait isu-isu sosial yang terkait kemasyarakatan khususnya perempuan.

Tentunya untuk bisa mewujudkan perspektif ini sangat di topang dengan skill atau kemampuan yang di miliki oleh seorang IMMawati, terkait Feminisme yang menjadi hal urgensi yang perlu di pahami secara mendalam untuk bisa berbicara persoalan keperempuanan. Ada begitu banyak varian dari feminisme yang senantiasa terperbaharui, lantas lahirlah satu lagi gagasan feminis, yang di namakan Feminisme Profetik, yang menjadi salah satu pandangan yang bisa di gunakan dalam merespon persoalan-persoalan sosial.

Ketika seorang IMMawati sudah bisa memaksimalkan peran nya di dunia publik, memberikan respon-respon yang masif sebagai kepedulian implementasi dari nilai humanitas seorang IMMawati maka penerapan Tauhid Sosial sudah bisa di katakan melekat jiwa seorang IMMawati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar